TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA DI BLOG SAYA,BACA TIDAK BACA TETAP "TERIMA KASIH"

Jumat, 12 November 2010

Berawal Dari Diri Kita Sendiri

Ditulis Oleh Vai - JaKantor Community
Thursday, 04 November 2010

Sepakbola memang kesukaan ane dari kecil sampe sekarang. Otomatis ane seneng banget sama yang namanya nonton pertandingan sepak bola (baik dalam / luar negeri). Banyak tim yang ane demenin ketika kecil, diantaranya Intermilan, Ajax, MU, kalo lokal ane masih ga tau tuh klub-klub yang bagus yang mana. Sampai suatu ketika ane diajak nonton sepak bola di stadion Lebak Bulus sama saudara, bener-bener ga tau apa dan seperti apa tim yang mau main saat itu. Ya, yang ane inget cuma satu kata “Persija”. Saat itu ane bertanya-tanya seperti apa itu Persija. Setelah di stadion ada perasaan ngeri/takut, karena supporter banyak banget dan sudah dewasa semua (saat itu ane masih duduk di kelas 1 SMP) walaupun tidak sedikit juga yang seusia ane. Tapi setelah kick-off dimulai, atraksi pun dimulai. Wah benar-benar beda dengan yang ane sangka. Suasana jadi begitu bergemuruh, penuh semangat, pokoknya senang sekali waktu itu. Dan yang lebih ane tidak sangka lagi, ternyata orang-orang yang ada didalam stadion (supporter) sangat ramah, sangat bernuansa seperti kita ini adalah satu keluarga. Dari situ ane kenal yang namanya The Jakmania.

Dimanapun ane berada, baik di Jakarta atau diluar Jakarta ketika jika ada saling bertemu sesama Jakmania, secara otomatis kita pun menjadi dekat seperti bicara dengan keluarga sendiri. Semakin menjadi ane cinta sama yang namanya Persija, ketika Persija meraih gelar Juara di Tahun 2001 yang dipimpin oleh Kapten Jabrik (Nur Alim). Hampir setiap pertandingan kandang ane nonton langsung di stadion walaupun tidak ada Korwil Jakmania yang menaungi ane, sampai akhirnya ane buat Kartu Tanda Anggota (KTA) Jakmania dengan Korwil Buncit (itu juga karena ada keluarga yang di daerah sana). Setiap perjalanan berangkat ataupun pulang dari Stadion ane selalu nebeng dengan Korwil mane aje yang bisa mengantar ane berangkat/pulang. Begitu kentalnya rasa kekeluargaan sesama The Jakmania tanpa memandang dari manapun mereka berada dan tidak segan-segannya membantu sesama antar Jakmania. Begitu bangganya sebagai orang asli Jakarta memiliki Persija dan The Jakmania saat itu.

Ketika akhir sekolah di SMA, ane mulai kendor nonton Persija karena tuntutan lulus di SMA sangat sulit, jadi harus banyak konsentrasi ke pelajaran sekolah yang juga dilanjut dengan mulai masuk ke bangku kuliah. Tapi bukan karena itu saja ane jadi jarang nonton langsung ke stadion mendukung tim kesayangan Persija, melainkan karena melihat pertikaian, perseteruan, dan masalah lainnya yang ada di tubuh The Jakmania. Miris juga melihat itu semua terjadi didepan mata ane. Ane jadi punya pikiran ”apa The Jakmania akan hancur” ?? dan masih teringat dengan kata-kata dari Bung Ferry, Ketua Umum The Jakmania ketika masih bermarkas di Lebak Bulus waktu itu, “The Jakmania tidak akan hancur dengan apapun, kecuali oleh The Jakmania itu sendiri”. Yup, sangat tepat kalimat itu., sesekali ane nonton langsung ke stadiaon walaupun datang sendiri dan tanpa ada yang mengetahui demi nonton Persija, karena malea jika ada yang tau ane masih nonton langsung distadion. Sebab “Image” Masyarakat saat ini The Jak adalah Rusuh, Brutal, dan Semrawut.

Semakin jarang ane nonton distadion, semakin geregetan juga kenapa dilawan kalau memang cinta Persija. Dan suatu saat ane pernah berpikir kalo terus diam saja seperti ini malah hanya akan membuat gundah hati. Kenapa bukan mencari jalan keluar bagaimana mencari cara untuk mengatasinya sampai akhirnya bertemu dengan segelintir orang yang sudah memiliki pemikiran dewasa dan kedepan untuk membuat suatu komunitas yang nantinya kami bercita-cita menjadi panutan bagi teman-teman Jakmania lain maupun Supporter lainnya, untuk menciptakan kembali The Jakmania sama pada saat dulu kita memulai The Jakmania pada awalnya.dan menjadikan diri kita sendiri sebagai contoh bagi rekan lainnya. Maka terbentuklah komunitas itu dan mungkin saat ini sudah banyak anggotanya bahkan sampai sering masuk media dengan kreatifitasnya.
Kami hanya ingin “Image” masyarakat terhadap The Jakmania dan Persija kembali menjadi hal yang positif, sehingga akan banyak lagi yang berfikir “Oh The Jakmania, saya senang dengan mereka..”

Ayo Jak, mari dimulai dari diri kita sendiri sebagai contoh untuk kebaikan, sehingga nantinya tidak ada lagi keributan, perselisihan apalagi tawuran sesama The Jak.

STOP Tawuran, Anarki.
Tingkatkan Sportifitas, Kreatifitas. Buktikan kita adalah Supporter yang santun, sportif, kreatif, atraktif dan selalu bersemangat untuk mendukung Persija.ttp
Mohon maaf kalo ane sok tau, tulisan ini hanya berdasarkan pengalaman pribadi ane dan hanya ingin Persija dan The Jakmania lebih baik lagi.
Bravo Persija – The Jakmania.

Salam,
Bahtiar Riva’i (Vai) – JaKantor Community
sumber : http://www.jakmania.org

Rabu, 10 November 2010

Analisis Lingkungan Pemasaran

Lingkungan Pemasaran

Perusahaan-perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat mengenali dan bereaksi secara menguntungkan terhadap kebutuhan-kebutuhan dan kecenderungan-kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungannya.

Bahkan dalam perekonomian yang pertumbuhannya lambat, sejumlah individu dan perusahaan mampu menciptakan solusi-solusi baru terhadap kebutuhan yang belum terpenuhi.

Peluang-peluang juga ditemukan melalui identifikasi kecenderungan yang terjadi. Kecenderungan adalah suatu arah atau urutan kejadian yang memiliki momentum dan jangka waktu tertentu.

Kita harus membedakan antara suatu mode, kecenderungan dan mega trend. Mode bersifat “ tidak terduga, jangka pendek, dan tidak penting secara sosial, ekonomis dan politis”.

John Naisbitt, seorang pakar masa depan lain, lebih suka berbicara mengenai mega trend, dimana merupakan “ perubahan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yang lebih luas, lebih lambat terbentuknya, dan bila suatu saat terbentuk, kecenderungan mega akan mempengaruhi kita untuk suatu waktu antara 7 sampai dengan 10 tahun, atau lebih.

Kecenderungan dan mega trend ini memang pantas mendapatkan perhatian khusus para pemasar. Suatu produk atau program pemasaran baru kemungkinan akan lebih berhasil jika sesuai dengan kecenderungan yang kuat daripada melawannya.

Menguraikan dan Menanggapi kekuatan Lingkungan Makro Perusahaan

Perusahaan dan pemasok mereka, perantara pemasaran, pelanggan, pesaing dan masyarakat semua bekerja dalam suatu lingkungan makro yang lebih besar yang membentuk peluang dan menimbulkan ancaman.

Didalam lingkungan global yang berubah dengan cepat, perusahaan harus memonitor enam kekuatan utama, yaitu kekuatan demografi, ekonomi, alam, teknologi politik dan budaya.

Lingkungan Demografi

Para pemasar sangat tertarik dengan ukuran dan tingkat pertumbuhan populasi dalam kota, wilayah, dan negara yang berbeda; distribusi umur dan distribusi etnis; tingkat pendidikan; pola rumah tangga; serta karakteristik dan gerakan regional

Pertumbuhan Populasi Dunia yang Meledak

Peledakan populasi dunia telah menjadi perhatian utama pemerintah dan berbagai perkumpulan diseluruh dunia. Dua faktor mendasari perhatian ini. Yang pertama adalah keterbatasan sumber daya bumi untuk mendukung kehidupan dunia yang sedemikian besar., terutama pada standar kehidupan yang mewakili aspirasi kebanyakan orang. Penyebab kedua perhatian ini adalah bahwa pertumbuhan populasi yang tertinggi ada di negara-negara dan masyarakat yang paling tidak mampu menghadapinya.

Distribusi Umur Populasi Menentukan Kebutuhan

Populasi negara-negara berbeda dalam distribusi usianya. Suatu populasi dapat dikelompokan menjadi 6 kelompok umur : pra-sekolah; anak usia sekolah; remaja; pemuda berusia 25-40 tahun; penduduk usia menengah antara 40-64 tahun; dan penduduk tua berusia 65 tahun ke atas. Bagi pemasar, ini memberikan tanda-tanda mengenai jenis-jenis produk dan jasa yang akan mempunyai permintaan tinggi untuk beberapa tahun berikutnya.

Pasar Etnis

Negara-negara berbeda dalam etnis dan ras. Jepang berada pada satu ekstrim dimana hampir setiap orang adalah bangsa Jepang, dan Amerika Serikat pada ektrim yang lain terdiri dari penduduk dari hampir semua bangsa. Populasi bangsa asia juga berkembang, orang Cina merupakan kelompok yang terbesar, diikuti oleh orang Filifina, Jepang, India, Korea. Konsumen-konsumen Hispanis dan Asia terkonsentrasi di wilayah Amerika bagian paling Barat dan selatan.

Walaupun terdapat bebrapa penyebaran terjadi. Setiap kelompok populasi memiliki keinginan dan kebiasaan belanja tertentu. Beberapa perusahaan makanan, pakaian dan perabot telah mengarahkan produk dan promosi mereka kepada satu atau lebih kelompok tersebut.

Kelompok Pendidikan

Manusia semakin menyadari bahwa kekayaan tertinggi suatu bangsa bukan terletak pada sumber daya alam tetapi pada sumber daya manusianya. Orang-orang dengan pendidikan rendah memiliki sedikit kesempatan kerja selain pekerjaan yang bersifat manual atau domestik. Negara-negara yang berkeinginan menjadi kompetitor kelas dunia harus berinvestasi dalam penyediaan pendidikan dan pelatihan kerja dunia kepada penduduk mereka.

Pola Rumah tangga

Setiap kelompok memiliki serangkaian kebutuhan dan kebiasaan berbelanja yang berbeda.

Pergeseran Geografis dalam Populasi

Tahun 1990-an adalah periode dengan pergerakan imigrasi yang besar antar negara dan dalam negara. Pergerakan populasi juga terjadi pada waktu-waktu biasa yaitu pada saat orang-orang berpindah dari desa kekota dan kemudian ke daerah pinggiran kota. Tempat tinggal penduduk menimbulkan perbedaan dalam preferensi barang dan jasa mereka.

Pergeseran dari Pasar Masal ke Pasar Mikro

Pengaruh dari semua perubahan ini adalah memecahkan pasar massal menjadi sejumlah pasar mikro, berdasarkan umur, jenis kelamin, latar belakang etnis, pendidikan, geografi, gaya hidup dan sebagainya. Setiap kelompok memiliki preferensi dan karakteristik konsumen yang kuat serta didekati melalui saluran komunikasi dan distribusi yang semakin diarahkan.

Lingkungan Ekonomi

Pasar memerlukan daya beli dan penduduk. Daya beli yang ada didalam suatu perekonomian tergantung pada pendapatan harga, tabungan, hutang dan ketersediaan kredit berjalan. Para pemasar harus memberikan perhatian khusus pada kecenderungan-kecenderungan utama dalam pendapatan dan pola pengeluaran konsumen.

Distribusi Pendapatan

Negara-negara sangat bervariasi dalam tingkat dan distribusi pendapatan. Determinan utama adalah struktur industri negara tersebut. Empat jenis struktur industri dapat dibedakan :

1) Perekonomian Subsistem :

Mayoritas penduduk tergantung pada pertanian sederhana. Mereka mengkonsumsi sebagian besar out put mereka dan menukar sisanya secara barter dengan barang dan jasa yang sederhana, mereka memberikan peluang yang kecil kepada para pemasar.

2) Perekonomian Pengekspor Bahan Baku :

Perekonomian ini kaya akan satu atau lebih sumber daya alam tetapi kurang dalam aspek-aspek lain. Sebagian besar pendapatan mereka berasal dari pengekspor sumber daya alam.

3) Perekonomian industrialisasi

Dalam perekonomian yang sedang dalam proses industrialisasi, manufaktur mulai memberikan 10 sampai dengan 20 % pendapatan nasional bruto negara tersebut.

4) Perekonomian Industri

Perekonomian industri merupakan pengekspor utama barang manufaktur dan dana investasi. Mereka saling memperjualbelikan barang manufaktur dan juga mengekspornya ke negara lain untuk memperoleh bahan mentah dan barang setengah jadi. Kegiatan manufaktur yang besar bervariasi dari negara-negara industri ini dan penduduk kelas menengah mereka yang besar bagi mereka menjadi pasar yang bagus untuk semua jenis barang.

Distribusi pendapatan berhubungan dengan struktur industri. Suatu bangsa tetap juga dipengaruhi oleh sistem politik. Para pemasar membedakan negara-negara menjadi pola distribusi :

1. Pendapatan sangat rendah

2. Sebagian besar pendapatan rendah

3. Pendapatan sangat rendah dan sangat tinggi

4. Pendapatan rendah, menengah dan tinggi

5. Sebagian besar pendapatan menengah.

Tabungan, Hutang, dan Ketersediaan Kredit

Para pemasar harus memberikan perhatian lebih pada setiap perubahan utama dalam pendapatan, biaya hidup, suku bunga, tabungan dan pola pinjaman karena mereka dapat mempunyai dampak yang besar, terutama pada perusahaan dengan produk yang memiliki sensitivitas pendapatan dan harga yang tinggi.

Lingkungan Alam

Kemerosotan kondisi lingkungan alam tampaknya menjadi salah satu isu yang dihadapi dunia usaha dan masyarakat tahun 1990 – an. Pada banyak kota didunia, polusi udara dan air telah mencapai tingkat yang membahayakan. Terdapat perhatian yang besar mengenai bahan kimia industri yang menyebabkan lubang pada lapisan ozon yang menimbulkan “efek rumah kaca”, pemanasan global yang membahayakan. Di Eropa Barat, partai-partai “hijau” dengan bersemangat telah mendesak tindakan untuk mengurangi polusi industri.

Lingkungan Teknologi

Kekuatan paling dramatis yang membentuk kehidupan manusia adalah teknologi.Setiap teknologi baru merupakan suatu kekuatan untuk “penghancur kreatif”, tingkat pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh berapa banyak teknologi baru utama ditemukan.

Pemasar harus memperhatikan trend-trend berikut dalam teknologi :

· Langkah perubahan teknologi yang semakin cepat

· Kesempatan Inovasi yang tidak terbatas

· Anggaran riset dan pengembangan yang bervariasi

· Regulasi yang meningkat atas perubahan teknologi.

Lingkungan Politik

Keputusan pemasaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan dalam lingkungan politis. Lingkungan ini terdiri sari hukum, badan pemerintah, dan kelompok berpengaruh yang mempengaruhi dan membatasi berbagai organisasi dan individu dalam masyarakat. Suatu pembatasan atas kecenderungan politik utama dan implikasinya terhadap manajemen pemasaran adalah sebagai berikut :

· Jumlah yang substansial dari hukum yang mengatur bisnis

Hukum yang mempengaruhi bisnis telah meningkat secara mantap tahun demi tahun. Komisi Eropa telah aktif dalam membentuk kerangka kerja hukum baru yang mencakup perilaku bersaing, standar produk, tanggung jawab produk, dan transaksi komersial untuk ke–12 negara masyarakat Eropa. Amerika Serikat memiliki banyak hukum yang mencakup isu-isu seperti persaingan, keamanan, tanggung jawab produk, praktek perdagangan dan kredit yang adil, pengemasan dan pemberian tabel dan sebagainya.

Pengaturan bisnis mempunyai sejumlah maksud :

1. Untuk melindungi perusahaan satu sama lain

2. Melindungi konsumen dari praktek bisnis yang tidak adil

3. Melindungi kepentingan masyarakat dari perilaku bisnis yang tidak terkendalikan.

· Pertumbuhan kelompok kelompok kepentingan umum

Komite-komite tindakan politis melobi pejabat pemerintah dan menekan eksekutif bisnis untuk memberikan lebih banyak perhatian kepada hak konsumen, hak wanita, hak penduduk lanjut usia, hak kaum minoritas, hak kaum homo, dan sebagainya. Banyak perusahaan telah membentuk departemen hubungan masyarakat untuk menhadapi kelompok dan masalah tersebut.

Undang-undang baru dan jumlah kelompok berpengaruh yang telah meningkat menempatkan lebih banyak pengekangan terhadap para pemasar. Para pemasar harus menjelaskan rencana-rencana mereka melalui departemen hukum dan hubungan masyarakat. Transaksi pemasaran pribadi telah bergerak menuju dominasi publik.

Lingkungan Kebudayaan

Masyarakat membentuk kepercayaan, tata nilai dan norma dasar penduduk. Hampir tanpa disadari, penduduk menyerap suatu pandangan dunia yang menentukan hubungan mereka dengan diri sendiri, dengan yang lain, dengan alam dan dengan semesta ini. Berikut adalah beberapa dari karakteristik budaya dan kecenderungan-kecenderungan kepentingan bagi para pemasar.

· Nilai budaya dasar memiliki tingkat kemapanan tinggi

Penduduk yang tinggal didalam masyarakat tertentu mempertahankan banyak kepercayaan dan tata nilai dasar. Kebanyakan orang Amerika masih percaya dalam bekerja, membina keluarga, memberikan derma dan bersikap jujur. Kepercayaan dan tata nilai dasar diteruskan dari orang tua kepada anak dan diperkuat oleh lembaga-lembaga sosial utama-sekolah, gereja, dunia usaha dan pemerintah.

· Setiap kebudayaan terdiri dari sub-sub kebudayaan

Setiap masyarakat terdiri dari sub-sub kebudayaan, yaitu berbagai kelompok dengan tata nilai sama yang timbul dari pengalaman hidup atau keadaan khusus mereka.

· Nilai budaya skunder mengalami pergeseran sepanjang waktu

Walaupun tata nilai dasar bersifat cukup mapan, perubahan-perubahan kecil dari kebudayaan terjadi. Para pemasar mempunyai kepentingan dalam memperhatikan pergeseran budaya yang mungkin menimbulkan kesempatan atau ancaman pemasaran baru.

sumber :http://igit.wordpress.com/2007/05/05/menganalisis-lingkungan-pemasaran/

http://google.com


Pembelajaran Konsumen

PEMBELAJARAN KONSUMEN

1. Pembelajaran Konsumen

Assael (1992) mendefinisikan pembelajaran konsumen sebagai suatu perubahan dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman masa lalunya.

Terdapat dua aliran pemikiran atas proses pembelajaran konsumen . pertama, aliran behaviorist yang memandang perubahan respon konsumen merupakan hasil dari pemaparan rangsangan (stimuli exposure). Dua tipe yang termasuk di dalamnya adalah classical conditioning dan instrumental conditioning.

Kedua, aliran kognitif, yang memandang pembelajaran sebagai penyelesaian masalah. Fokus perhatiannya adalah perubahan dalam psikological set konsumen (persepsi, sikap, gaya hidup, dan lain-lain) sebagai hasil dari pembelajaran.

2. Classical Conditioning

Memandang bahwa perilaku merupakan hasil dari asosiasi yang dekat antara perangsang utama (primary stimulus) dengan perangsang kedua (secondary stimulus). Misalnya dalam sebuah iklandipaparkan mengenai ciri-ciri orang sukses (prymary stimulus) dan merek rokok Ardath (secondary stimulus). Pada classical conditioning diharapkan bahwa perokok Ardath mengasosiasikan dirinya sebagai orang sukses.

Persyaratan menggunakan classical conditioning:

a. Seharusnya tidak ada stimuli lain yang dapat membayangi unconditioned stimuli (prymary stimuli). Contoh iklan kosmetik yang menampilkan beberapa artis yang mempunyai citra yang berbeda.

b. Perangsang utama seharusnya sebelumnya tidak diasosiasikan dengan merek produk lain.

c. Primary stimulus seharusnya tidak terlalu familiar bagi masyarakat.

d. Classical conditioning akan lebih efektif jika stimulus utamanya adalah sesuatu yang baru.

3. Instrumental Conditioning

instrumental conditioning memandang bahwa perilaku sebagai fungsi dari tindakan konsumen (perilaku pembelian) dan penilaian konsumen terhadap derajat kepuasan yang diperoleh dari tindakan. Kepuasan yang dialami oleh konsumen akan menyebabkan pengauatan dan akan meningkatkan kemungkinan pembelian kembali (repurchasing). Dalam instrumental conditioning juga diperlukan adanya hubungan antara rangsangan dan tanggapan (stimulus dan respons). Individu akan mementukan tanggapan kepada stimulus yang memberikan kepuasan paling tinggi.

4. Penguatan (Reinforcement)

konsumen berperilaku yang sama seperti sebelumnya, karena sebelumnya dia mendapat respon yang positif atas`tindakannya. Penguatan bisa diindikasikan dengan pembelian yang berulangkali. Penguatan terjadi ketika konsumen memperoleh respon yang positif

atas tindakannya di masa lalu.i memberikan kepuasan yang diinginkan. Misalnya seseorang sakit perut mengkonsumsi obat introstop, sembuh. Ketika ia sakit perut ia akan mengkonsumsi introstop lagi berdasarkan pengalaman masa lalunya.

5. Kepunahan dan Dilupakan (Extintion and Forgetting)

kepunahan terjadi ketika produk tidak lagi memberikan kepuasan yang diinginkan. Hilangnya kepuasan bisa karena kualitas suatu produk lain yang dirasakan mempunyai kualitas yang lebih baik.

Dilupakan berbeda dengan kepunahan. Forgetting terjadi ketika stimulus tidak lagi diketahui dan dirasakan oleh konsumen. Suatu produk akan dilupakan oleh konsumen jika pemasar tidak mengulang-ulang informasi produknya melalui iklan.

6. Penerapan Instrumental Conditioning pada Strategi Pemasaran

implikasi dari instrumental conditioning bisa digunakan dalam menyusun strategi pemasaran sebagai berikut:

a. Produk yang ditawarkan harus berkualitas.

b. Pesan iklan yang ditawarkan hendaknya berisi manfaat-manfaat produk.

c. Jangan sekali-kali pesan iklan tidak sesuai dengan kualitas produk.

7. Pembelajaran Kognitif (Cognitive Learning)

pada perspektif kognitif, konsumen berperilaku untuk menyelesaikan berbagai masalahnya. Timbulmnya kebutuhan dan keinginan, dipandang sebagai masalah yang harus diselesaikan. Perilaku yang ditampilkan merupakan proses penyelesaian masalah.

Cognitive learning menekankan pada proses berpikir dalam pembelajaran konsumen, sementara itu classical conditioning menekankan pada hasil yang didasarkan pada asosiasi stimulus.

8. Relevansi Pengaruh Perilaku dan Cognitive Learning pada Pemasaran

Pendekatan perilaku mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain.

Teori pembelajaran kognitif lebih relevan untuk produk yang penting dan memerlukan keterlibatan tinggi.

9. Kebiasaan (Habit)

Kebiasaan adalah perilaku yang berulangkali dilakukan. Pada perilaku konsumen, kebiasaan didefinisikan sebagai perilaku pembelian yang berulang yang tanpa disertai pencarian informasi yang lebih banyak dan tanpa mengevaluasi pilihan dari alternatif yang tersedia. Atau kebiasaan adalah perilaku pembelian berulang yang tanpa disertai loyalitas.

Ada beberapa hal yang menyebabkan perilaku pembelian habitual menjadi rusak,

1. Jika perusahaan melakukan reformulasi produk dan merek produk yang telah lama ada.

2. terdapat merek produk baru di pasar yang mampu menawarkan sesuatu yang lebih dari merek lama.

3. Konsumen mungkin mencapai kejenuhan dalam mengkonsumsi mrek produk yang biasa dibeli.

4. konsumen mengubah perilaku pembelian habitualnya ketika merek produk yang diinginkanya tidak tersedia di toko.

10. Fungsi Kebiasaan

Pertama adalah mengurangi risiko dan kedua, memudahkan dalam pengambilan keputusan pembelian.

11. Implikasi Strategis dari Perilaku Habitual.

a. Distribusi produk

pemasar harus selalu menyediakan produk di tempat-tempat penjualan, agar konsumen tidak lari ke merek lain.

b. Kategori produk

produk-produk yang dibeli berdasarkan kebiasaan biasanya adalah barang-barang konsumsi yang cepat habis dan mempunyai risiko yang kecil.

c. Iklan dan promosi di dalam toko.

Iklan untuk produk yang dibeli berdasarkan kebiasaan seharusnya ditampilkan seseing mungkin untuk mengingatkan konsumen. Tata letak produk di atas`rak toko perlu diperhatikan agar mudah dilihat oleh pengunjung toko, sebab kadang-kadang konsumen tidak merencanakan terlebih dahulu pembeliannya.

d. Penetapan harga

produk yang dibeli berdasarkan kebiasaan biasanya konsumen mempunyai loyalitas semu. Konsumen akan sangat mudah dipengaruhi oleh kebijakan penetapan harga.

12. Mengubah Perilaku Habitual

a. Menampilkan feature baru.

b. menggunakan contoh gratis, potongan harga.

c. Menawarkan manfaat baru.

13. Loyalitas Konsumen

loyalitas konsumen dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu loyalitas merek dan loyalitas toko.

Loyalitas merek bisa didefinisikan sebagai sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu.

Terdapat dua pendekatan dalam mempelajari loyalitas merek. Pertama pendekatan instrumental conditioning, yang memandang bahwa pembelian yang konsisten sepanjang waktu adalah menunjukkan loyalitas merek.

Pendekatan kedua yaitu didasarkan pada teori kognitif. Perilaku itu sendiri tidak merefleksikan loyalitas merek. Loyalitas menyatakan komitmen terhadap merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan oleh perilaku pembelian yang terus menerus.

Assael (1992) mengemukakan empat hal yang menunjukkan kecenderungan konsumen yang loyal sebagai berikut:

1. konsumen yang loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri pada pilihannya.

2. konsumen yang lebih loyal mungkin merasakan tingkat risiko yang lebih tinggi dalam pembeliannya.

3. konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap toko.

4. kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap merek.

Sementara store loyalty perilaku konsistennya adalah dalam mengunjungi toko tempat konsumen bisa membeli produk yang diinginkan. Jika dalam loyalitas merek mereka loyal karena mereknya, dalam laoyalitas toko mereka loyal karena kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola dan karyawan toko.

sumber : http://www.pdf-searcher.com/BAB-3-PRMBELAJARAN-KONSUMEN,-KEBIASAAN-DAN-LOYALITAS-MEREK.html#

RISET PEMASARAN

Riset Pemasaran

Marketing Research
•Adalah suatu pendekatan yang ditempuh secara sistematis dan objektif untuk mendapatkan data/ informasi yang akan digunakan untuk proses pengambilan keputusan bidang pemasaran ( Kotler, Kinear, Taylor).
Elemen Penting Riset Pemasaran
•Merupakan kegiatan yang sistematis, tercermin dalam tahap perencanaan, pengumpulan, analisis & pelaporan.
•Bersifat objektif, tidak bias
•Merupakan penerapan metoda ilmiah dalam pemasaran
Marketing Research berbeda dengan Marketing Intelligent

Marketing Intelligent
•Adalah suatu prosedur dan sumber daya yang digunakan oleh manajer pemasaran untuk memperoleh informasi harian mengenai apa yang sedang terjadi di lingkungan perusahaan
•Output : Happening Data
Bentuk-Bentuk Aktivitas Marketing Intelligent
•Melakukan pengamatan langsung / tidak langsung
•Memanfaatkan tenaga penjual, distributor dan pengecer sebagai mata & telinga perusahaan
•Melakukan “penyusupan” ke pesaing
•Membeli informasi dari Research Company

Faktor Pendorong Munculnya Kebutuhan Riset Pemasaran
•Perluasan jangkauan pasar
•Peralihan orientasi dari Need Pembeli ke Want Pembeli
•Peralihan dari Persaingan Harga ke Persaingan Non Harga

Riset Proses Analisis Peluang Pasar
1.Riset Potensi Pasar
2.Riset Perilaku Konsumen
3.Riset Benchmark Industri

Riset Penentuan Target Pasar
1.Riset Segmentasi
2.Riset Penentuan Target Pasar

Riset Proses Perancangan Strategi
•Riset Penentuan Keunggulan Perusahaan
•Riset Perumusan Positioning
•Riset Pengembangan dan Pengujian Produk
•Riset Pengukuran Daur Hidup Produk & Pemilihan Strategi yang Tepat
•Riset Pengukuran Market Share & Pemilihan Strategi yang Tepat

Riset Proses Perencanaan Program Pemasaran
•Riset Pengujian Brand & Packaging
•Riset Pengukuran Ekuitas Merek
•Riset Penentuan Harga
•Riset Perumusan Strategi Harga
•Riset Pemilihan & Perancangan Saluran Distribusi
•Riset Media & Bauran Promosi
•Riset Pengukuran Effektivitas Bauran Promosi
•Riset Pengukuran Effektivitas Iklan

Riset Proses “Marketing Efforts”
•Riset Pengukuran Kepuasan Pelanggan
•Riset Pengukuran Loyalitas Pelanggan
•Riset Pengukuran & Analisis Churn
•Riset Perancangan Customer Relationship Management (CRM)
•Riset Perancangan Marketing Decision Support System
•Riset Perancangan Marketing Information System

Selasa, 09 November 2010

MODEL PERILAKU KONSUMEN

Model Sikap dan Perilaku Konsumen

model Sikap dan perilaku konsumen juga merupakan bagian dari konsep perilaku konsumen yang lain. Untuk mengukur sikap dan perilaku komsumen dapat dilakukan dengan model multiatribut. Salah satu model sikap yang terkenal adalah model sikap multiatribut Fishbein. Model sikap Fish bein ini berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap obyek tertentu. Model ini mengidentifikasi tiga faktor utama untuk memprediksi sikap. Faktor petama, keyakinan seseorang terhadap atribut yang menonjol dari obyek. Faktor kedua, adalah kekuatan keyakinan seseorang bahwa atribut memiliki atribut khas, biasanya diketahui dalam bentuk pertanyaan, misalnya, seberapa setuju bahwa obyek X memiliki atribut Y. faktor ketiga adalah evaluasi dari masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol, dimana diukur seberapa baik atau tidak baik keyakinan mereka terhadap atribut-atribut itu.

Salah satu model sikap dan perilakukonsumen adalah model Fishbein. Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga mode Fishbein ini memiliki dua komponen, yaitu kompenen sikap dan komponen norma subyektif yang penjelasannya disajikan berikut ini :

a.Komponen sikap
Kompenen ini bersifat internal individu, ia berkaitan langsung dengan obyek penelitian dan atribut-atribut langsungnya yang memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku, karena akan menentukan tindaka apa yang akan dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal.

b.Komponen norma subyektif
Komponen ini bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengkalikan antara nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi bersetuju terhadap atribut tersebut. Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai suatu kuatnya keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sedangkan motivasi bersetuju merupakan motivasi seseorang untuk bersetuju dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya.

TIGA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KONSUMEN

Konsumen Individu
Pilihan merek dipengaruhi oleh ;
(1). Kebutuhan konsumen,
(2). Persepsi atas karakteristik merek, dan
(3). Sikap kearah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia.
Pengaruh Lingkungan
Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh
(1). Budaya (Norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan),
(2). Kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen),
(3). Grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi) dan
(4). Faktor menentukan yang situasional ( situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).

Marketing strategy
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah
(1). Barang,
(2). Harga,
(3). Periklanan dan
(4). Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Pemasar harus mengumpulkan
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-hamidah.pdf)
http://skripsi-konsultasi.blogspot.com/2008/05/model-sikap-dan-perilaku-konsumen.html)http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://n0d3.org/whats-a-consumer-behavior-model/

Kamis, 13 Mei 2010

Pandangan KETAHANAN NASIONAL Dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ANDRI SILVAN/11208528


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat pada era globalisasi. Semua negara sudah merasakan dampak dari globalisasi tersebut. Globalisasi telah menyebar keseluruh dunia dengan hasil teknologi yang telah mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia dan menimbulkan perubahan yang sangat mendasar dalam tatanan hubungan antar bangsa ini yang lebih banyak dikendalikan oleh negara-negara maju, serta hubungan kerja sama yang terus meningkat sehingga terasa kurang seimbang. Namun keadaan ini tidak selamanya menguntungkan, globalisasi menjadikan masa depan yang dihadapi bersama penuh dengan ketidakpastian, perubahan adalah sesuatu yang tak bisa dihindarkan bahkan cenderung berkembang menjadi suatu gejala baru yang penuh dengan kontradiksi, konflik maupun pembalikan arah. Tantangan sebuah bangsa dan negara akan semakin rumit dan berat. Belakangan, masyarakat dunia juga menghadapi berbagai krisis yang diakibatkan oleh terkurasnya sumber energi dan sumber makanan dunia yang menggenapi krisis ekonomi yang makin mengglobal. Krisis pangan, krisis energi, krisis ekonomi, bahkan krisis air menjadi ancaman yang tidak boleh disepelekan. Negara-negara yang tidak memperhatikan ketahanan pangan dan ketahanan lainnya akan mudah terpuruk menjadi bangsa yang lemah dan tergantung dari bangsa lain.

Indonesia tentunya tidak dapat melepaskan diri dari globalisasi ini, bahkan harus dapat berperan untuk mengamankan kepentingan nasional. Peran tersebut antara lain akan diwujudkan melalui upaya pembangunan nasional. Berhasilnya Pembangunan Nasional akan meningkatkan Ketahanan Nasional.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) adalah kekuatan nasional yang dimiliki bangsa Indonesia yang harus dipelihara dan dikembangkan serta didayagunakan sepenuhnya secara efektif untuk pelaksanaan Pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan daya saing nasional yang kokoh menuju Tujuan nasional. Pemanfaatan, penguasaan dan pengembangan Iptek dalam Pembangunan nasional dapat mengalami ATHG yang timbul baik dari luar maupun dari dalam, sehingga dapat mengganggu pelaksanaan Pembangunan nasional menuju tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itulah ketahanan Iptek perlu selalu ditingkatkan, agar gerak langkah pemanfaatan, penguasaan, dan pengembangan Iptek dalam Pembangunan nasional berjalan sesuai dengan harapan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka diyakini bahwa kemampuan dan ketangguhan Iptek suatu bangsa adalah salah satu unsur penting bagi Ketahanan nasional yang perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dan proporsional dalam rangka proses pensejahteraan rakyat.