Andri Silvan/11208528
Kebudayaan
Kata-kata kebudayaan dalam bahasa Indonesia diambil dari kata-kata Jawa ‘kabudayan’. Menurut Fizee (1981) kata-kata ‘kabudayan’ diperkenalkan oleh Mangkunagara ke-8 dan dibentuk dari kata Sanskerta yang telah dijawakan ‘budi’ dan ‘daya’. Kata-kata budidaya sendiri sering dikaitkan cara-cara bertani termasuk mengolah sawah untuk menanam padi melalui metode dan dengan pengetahuan tertentu yang telah ditanamkan dalam masyarakat petani secara turun temurun.
Kalau kita kembalikan kepada makna etimologisnya, kebudayaan dapat diartikan sebagai cara, kebiasaan, atau segala hasil daya upaya manusia mengolah akal budinya. Upaya itu dilakukan tidak secara individual, melainkan dalam sebuah rangka komunitas besar sebab tanpa komunitas ia, kebudayaan, tidak bisa dipelajari dan dimunculkan kehadirannya. Agar lebih dapat dipertanggungjawabkan bolehlah saya katakan begini. Kata buddhi (budi) dan daya dalam filsafat India dipercaya merupakan perwujudan dari mahat (jiwa agung) dalam diri manusia dan mahat itu sendiri merupakan perwujudan dari purusha (Ruh Tertinggi) setelah ruh manusia disatukan dengan jasad atau tubuhnya (prakrti). Yang terakhir ini mewakili unsure bendawi dalam kehidupan. Kata-kata mahat darimana budi muncul, dapat disetarakan dengan kata Geist dalam bahasa Jerma, yang diambil dari kata Persia gheisd, dari akar kata ghei yang artinya bergerak penuh tenaga, dorongan kuat, kekuatan vital dan semacamnya yang ada dalam jiwa manusia. Ia mengandung dalam dirinya potensi-potensi kecerdasan (adrsta), aktivitas, gerak keluar dari dirinya serta kemampuan untuk mengembangkan diri rohani.
Dilihat dari sudut pandang filsafat, kebudayaan memiliki lima aspek yang saling terkait:
(1) Aspek atau asas batin, yang sering disebut juga sebagai asas metafisik. Asas ini sering diartikan sebagai gambaran dunia (worldview), pandangan/cara hidup (way of life) membimbing tindakan lahiriyah dan formal manusia dalam hidupnya sebagai anggota masyarakat;
(2) Aspek epistemologis atau metodologis, yang juga dapat disebut aaspek pengetahuan. Karena itu aliran anthropologi tertentu sering menyebut kebudayaan sebagai sistem penngetahuan. Setiap kebudayaan mengajarkan cara-cara, kaedah-kaedah atau metode-metode tertentu untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran tentang sesuatu. Bila kebudayaan modern Barat lebih meniscayakan metode empiris, rasional positivistik dan histories (kesejarahan), kebudayaan Timur meyakini juga metode intuitif dan metode reliius, yaitu pembuktian kebenaran dengan bersandar pada kitab suci seperti Veda, Dhammapada, al-Qur’an, dan lain sebagainya;
(3) Aspek nilai atau epistemologis. Karena itu sering dikatakan bahwa suatu kebudayaan pasti didasarkan atas sistem nilai tertentu. Sistem ini ditransformasikan dalam norma-norma sosial, etika, ethos atau prinsp-prinsip moral. Dengan kata lain aspek aksiologis dapat disebut sebagai aspek yang berkenaan dengan etika dan estetika. Ingat pepatah Melayu: Yang kurik kundi, yang merah saga/Yang baik budi, yang indah bahasa. Yang terakhir ini merujuk kepada seni secara khusus;
(4) aspek sosiologis dan historis. Suatu kebudayaan berkembang dinamis atau statis tergantung pada masyarakat, begitu pula maju mundurnya kebudayaan tergantung pada kemampuan suatu komunitas dalam menjawab tantangan yang dhadapkan padanya. Apabila tiga aspek terdahulu megalami kemerosotan dan suatu komunitas mengalami disintegrasi, disebabkan rapuhnya solidaritas, runtuhnya organisasi sosial dan rusaknya pemerintahan disebabkan tak berfungsinya kekuasaan, maka kebudayaan akan mengalami kemerosotan dan kehancuran; (5) Aspek formal teknis. Yaitu ketrampilan yang dibiasakan untuk mengolah sarana-sarana produksi atau peralatan tertentu misalnya dalam mengembangkan budaya baca tulis, pertanian, seni rupa, dan lain sebagainya.
Perkembangan Budaya Indonesia
Bicara soal perkembangan budaya Indonesia, tidak akan ada habisnya mengingat keadaan bangsa Indonesia yang memiliki keragaman budaya, letak yang strategis, serta kemudahan bangsa kita untuk menyerap setiap kebudayaan atau pengaruh yang masuk. Hal tersebut merupakan faktor yang membuat kebudayaan Indonesia berubah dari waktu ke waktu. Bandingkan saja budaya ataupun kultur orang-orang Indonesia dulu dan sekarang, maka akan terlihat perbedaannya entah dari segi tingkah laku, gaya hidup,maupun ilmu yang dimiliki.
Perkembangan budaya bangsa Indonesia pertama adalah masuknya berbagai macam kepercayan tentang adanya Tuhan. Kalau kita sering membaca buku sejarah tentang masuknya kepercayaan di Indonesia, yang paling pertama muncul adalah masuknya pengaruh Hindu dan Buddha di Indonesia. Masuknya pengaruh kedua agama ditandai dengan berdirinya kerajaan bercorak Hindu Buddha seperti Kutai, Tarumanegara, Majapahit, dan lain-lain. Setelah itu muncullah pengaruh-pengaruh Islam yang dibawa oleh para pedagang. Kalau dilihat dari proses masuknya Islam ke tanah air, terbukti bahwa letak Indonesia yang strategis membuat pengaruh dari luar mudah masuk dan mudah pula diserap oleh bangsa kita. Setelah itu datang lagi kepercayaan lainnya, dan sampai sekarang ada lima agama yang telah berkembang di masyarakat kita yaitu Hindu, Buddha, Protestan Katholik, dan Islam. Itulah sedikit tentang perkembangan budaya Indonesia dari segi kepercayaan.
Selanjutnya dari kehidupan sosial dan budayanya. Bangsa kita terkenal sebagai bangsa yang sopan dan memiliki solodaritas tinggi. Budaya yang beraneka ragam pun tidak pula menjadi alasan untuk bangsa ini terpecah-belah. Seperti uraian di atas, untuk melihat perkembangan yang ada maka perlulah kita untuk membandingkan kehidupan yang dulu dan sekarang.
Dahulu bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah dan memiliki tingkat kepedulian yang tinggi. Bangsa Indonesia sangat mementingkan arti kebersamaan, sehingga muncul pepatah berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Pepatah tersebut merupakan cerminan masyarakat dulu yang mengutamakan gotong-royong dan kebersamaan dalam hal apapun. Berbeda dengan bangsa Indonesia sekarang. Sifat solidaritas, ramah tamah, dan arti kebersamaan seolah hilang dari diri bangsa ini.
Pengaruh negara-negara luar membuat hidup bangsa kita terkesan individualis ataupun berkelompok. Hal ini sangat mengkhawatirkan baik dari segi kesatuan ataupun budaya. Dari segi kesatuan, jika mereka terkotak-kotakkan seperti ini maka akan dengan mudahnya perpecahan terjadi, selain itu dari segi budaya, akan punahlah budaya gotong royong yang mengusung konsep kebersamaan dan perasaan senasib sepenanggungan.
Yang tidak kalah penting adalah IPTEK yang juga sangat berpengaruh dalam perkembangan budaya bangsa kita ini. Kemajuan teknologi memang sangat berpengaruh tidak hanya pada perilaku budaya bangsa kita tetapi juga semua aspek kehidupan seperti ekonomi, pendidikan, politik,dan lain-lain. Perkembangan IPTEK memang wajib hukumnya untuk diikuti agar bangsa ini tidak serta-merta menjadi bangsa yang tertinggal. Sekarang kita lihat dari penggunaan teknologi dari segi komunikasi. Banyak cara yang dilakukan orang untuk berkomunikasi dengan seseorang tanpa harus memikirkan jarak. Penggunaan telepon ataupun internet merupakan bukti teknologi berpengaruh terhadap budaya bangsa kita. Itu mungkin dari sisi positif, negatifnya adalah penggunaan teknologi yang berlebihan terkadang membuat orang menjadi malas. ini tentu saja berbeda dengan budaya kita yang terkenal sebagai pekerja keras.
Hal diatas merupakan segelincir kisah perkembangan budaya Indonesia, yang selalu berbeda versi dari waktu ke waktu. Sebagai bangsa yang cerdas seyogyanya kita mampu memfilter setiap pengaruh-pengaruh yang akan mengubah kehidupan sosial budaya kita, agar nilai-nilai luhur bangsa kita yang telah turun temurun tdak hilang ditelan zaman.
Sumber :
Dari berbagai sumber
http://tyobotem.ngeblogs.com/2010/03/04/perkembangan-budaya-indonesia/
http://ahmadsamantho.wordpress.com/2010/03/31/kebudayaan-dan-nasionalisme-indonesia/
Selasa, 13 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar